Bikin Strategi Belajar Sendiri? Ini Tipsnya untuk Lolos SNBT Pilihan Pertama!

Muhammad Naufal Ali Ar Rahman, Angkatan 6
Akuntansi - Universitas Indonesia

        Haloww! Kenalin, aku adalah bagian dari GERPOK (Gerva Depok) yang memiliki cita-cita untuk menjadi auditor di PWC (Aamiin 33x). Di tulisan ini, aku mau sedikit sharing tentang strategi untuk menghadapi SNBT. DISCLAIMER!!! semua yang kutulis belum tentu benar, jadi jangan terima mentah-mentah!

        Sebelumnya, aku mau ucapin SELAMAT MENJALANI TAHUN TERAKHIR DI IC! Saat ini, mungkin kamu merasa sedang ada di masa tercapek, terbimbang, dan ter-ter lainnya. TAPI, jangan takut berlebihan, jangan pusing berlebihan, BERSENANG-SENANGLAH! atau kalo katanya Hindia, “BERDANSALAH!” Karena perasaan positif adalah kunci dari segalanya. Jadi, gak usah lanjut baca tulisan kalo kamu belum dapetin kunci itu!

        Siip! Setelah kamu mendapat kunci itu, yang pertama kamu harus lakukan adalah berefleksi karena kamu bakal berlari mati-matian, jadi kamu harus yakin dulu, sebenernya kemana sih garis finish yang mau dituju? kenapa kamu mau ke situ? TAPI, jangan pernah terlalu berharap untuk bisa sampai ke garis finish itu. Jangan pernah berpikir hidup akan berakhir kalo kamu ga bisa sampe garis finish itu. Paradoks bukan? Ya, begitulah nyatanya. Sebaiknya kamu siapin “jalur evakuasi,” atau sedikit rencana jikalau nanti kamu ga bisa sampe finish itu. Dengan begitu, kamu akan lebih tenang buat menghadapi ketidakpastian yang bakal kamu temui, dan pas mendekati ujian, kamu juga udah ga bakal ngabisin waktu yang harusnya buat belajar, tapi malah dipake buat overthinking.

        Nah, setelah kamu nentuin “track lari” beserta “jalur evakuasinya”. Sekarang kamu tinggal belajar “teknik larinya”. Sekarang, kamu kan masih bakal di IC sampe bulan Maret. Kalo kataku sih kamu ikutin aja kegiatan yang udah diatur di IC, mau itu kelas biasa, bimbel, kelas malem, TO, apalagi kegiatan di masjid (KURANGIN MADOL!). Yang penting, nanti kalo udah sore (setelah bimbel), STOP belajar! istirahatin otakmu! nikmatin langit sore Pekalongan! Sana main voli, nge-anime, mabar, terserah! Abis itu mandi (opsional) dan ke masjid. Pokoknya kamu atur deh proporsi waktu buat belajar dan nyantai karena kamu yang lebih ngerti dirimu sendiri, tapi pokoknya jangan lupa bersenang-senang!

        “Satu hari belajar satu sub-test atau langsung banyak?” Menurutku, mending fokus satu sub-test, bahkan lebih rinci lagi, satu materi. Pertama-tama kalian harus kenalin diri kalian dulu, liat TO yang udah lalu, kalian lemahnya di sub-test apa? di materi apa? kalian udah bagus di sub-test apa? di materi apa? Catet! Setelah itu kalian bisa cari di internet/wangsit tentang rincian dari tiap sub-test, materi apa aja sih yang bakal masuk di masing-masing sub-test? Kalo aku saat itu sih udah lumayan di PU & literasi B.Indo, terus PBM, PPU, & literasi B.Inggris biasa aja, terus PK & PM, ah sudahlah… (fun fact, aku pas TO beberapa kali dapet nilai PK & PM < 100). Karena itu, aku waktu itu mati-matian belajar MTK. Aku marathon dari materi kelas 10, karena emang basic aku jelek banget. Jadi, weekdays aku biasanya cuma belajar MTK aja. Nah, belajar materi yang lainnya biasanya aku dari TO dan pembahasan TO pas weekend. Jadi, aku biasanya TO 2x seminggu, 1x dari sekolah, 1x mandiri. Lagian kan sebenernya kalian juga udah belajar semua sub-test di kelas yang kalian ikutin dari pagi-sore. Jadi, belajar mandiri itu tambahan untuk ngejar yang masih ketinggalan aja.

        “Mending nyicil ujian mandiri/fokus snbt aja ya?” Kalo aku sih lebih pilih fokus SNBT aja karena aku ngerasa ga sanggup untuk ngejar dua itu barengan, jadi fokus satu aja. Trus nanti kalo (naudzubilah) harus ujian mandiri gimana dong? Nanti kan setelah UTBK itu biasanya masih ada jeda sekitar sebulan buat ujian mandiri, jadi kamu bisa maksimalin waktu itu buat belajar materi ujian mandiri sesuai prodi tujuan.

        “Tapi nilai TO aku masih jauh dari tujuan…” Yaelah, aku sampe bulan Februari juga masih 500-an. Bahkan, sampe bulan Mei juga masih mentok di 600-an, susah banget dapeting 700. Padahal, prodi tujuanku perlu nilai seenggaknya 700. Jadi, gapapa banget kalo nilai kamu masih jauh. Kalo aku sih biasanya fokus ke jumlah benar. Kamu kan masih punya waktu sekitar 16 minggu lagi, nah itu kamu fokus buat naikin 1--2 jumlah benar per minggu. Kalo gitu kan jadinya kalian bakal bisa nambahin jumlah benar sekitar 16-32, yang mana itu tuh banyak banget. Nambah bener segitu tuh bisa naikin nilai kalian sekitar 150-300.

        Yaa… pokoknya inti dari tulisan ini adalah “JANGAN LUPA HAHA-HIHI!” Yang bakal kamu hadapin emang penting banget, jadi kamu harus kerja keras dan berstrategi buat menangin-nya. Tapi, juga jangan merasa bahwa duniamu bakalan kiamat kalo seadainya kamu gagal menangin “lomba lari” ini. Di dunia ini ada yang namanya law of attraction, apa yang ada dipikiranmu itu yang akan terjadi. Jadi, jangan kebanyakan mikirin ketakutanmu itu! Pikirin aja sekali, siapin solusi cadangan kalo hal itu terjadi, trus lupain ketakutan itu, fokus ke hal-hal yang harus kamu lakuin! SEMANGAT YAAA ADEESSS!!!! JANGAN LUPA HAHA-HIHI!!!!

SNBP, Idealis atau Realistis?

Sultan Fatur Ramadhan, Angkatan 6
Administrasi Bisnis - Universitas Brawijaya

        Halo, kenalin aku Sultan Fatur Ramadhan, alumni MAN Insan Cendekia Pekalongan angkatan 6. Sekarang aku melanjutkan studi di S1 Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya. Aku masuk UB lewat jalur SNBP. Nah aku mau share gimana sih strategi di SNBP, idealis atau realistis?

        Sebelumnya aku mau cerita, sebenarnya impianku bukan di universitas yang nerima aku sekarang. Aku punya cita-cita dari SMP buat masuk ke salah satu universitas di Jatinangor, ya betul! UNPAD. Aku jatuh cinta pertama kali sama UNPAD karena toga mereka bagus haha. Semenjak saat itu aku cari tau lebih jauh tentang UNPAD, kebetulan keluargaku juga kebanyakan kuliah di UNPAD. Dan ya aku pun jatuh cinta dengan UNPAD dan mengimpi-impikan masuk kesana.

         Mulailah kehidupan SMA, dimana aku harus lebih mengetahui tentang universitas impianku. Setelah melewati berbagai pengenalan bakat dan minat diri sendiri aku menemukan jurusan yang sesuai dengan passion-ku, yaitu Ilmu Administrasi Bisnis, dan jurusan itu ada di universitas impianku yaitu UNPAD. Masuklah tahun ke-3 di SMA dimana itu adalah tahun penentu kita menuju jenjang selanjutnya yaitu universitas. Tibalah pengumuman kuota eligible, Alhamdulillah aku masuk dalam kuota siswa eligible dan dari situlah kebimbanganku muncul.

Univeristas impian UNPAD kenapa bisa tiba-tiba bisa lolos di UB?

        Setelah pengumuman siswa eligible aku langsung melakukan riset dan konsultasi ke kakak-kakak alumni dan guru BK. Kalian juga harus melakukan hal yang sama, kalian harus mencari tau info peluang, peminat, dan daya tampung jurusan yang kalian inginkan.

        Lalu kalian analisis nilai rapot kalian, mata pelajaran apa yang dominan. Kalian bisa cocokan dengan mencari di internet, jurusan tersebut mata pelajaran pendukungnya apa ya? Kebetulan karena mata pelajaran yang dominan aku adalah Ekonomi dan itu sesuai dengan mata pelajaran pendukung di jurusan Administrasi Bisnis.

        Buat kalian yang punya sertifikat-sertifikat bakal jadi nilai plus buat kalian. Tapi kalau sertifikat itu ga linear sama jurusan yang kalian impikan, kusarankan ga usah dimasukkan karena itu bisa jadi pertimbangan universitas buat nolak kalian karena bakat kalian ga sesuai dengan jurusan yang kalian pilih. Aku ambil contoh, aku punya sertfikat OSN Geografi, yang mana itu ga linear dengan jurusan yang aku mau yaitu Administrasi Bisnis. Jadi kalaupun aku masukin sertifikat itu, ga ada nilai plusnya buat aku.

        Setelah itu coba liat persebaran alumni, di jurusan dan kampus mana alumni sekolah kita udah tersebar. Kalau kamu bingung, coba tanya dan minta datanya ke guru BK, pasti guru BK punya. Nah di titik ini kebimbangan ku memuncak, aku melihat lihat alumni ICP dari angkatan 1-5 belum terlalu banyak di UNPAD dan di jurusan yang aku inginkan pun ga ada, disitu aku keluar masuk ruang BK, bolak-balik nemuin ustadz Wiwit buat konsul. Disitu ustadz Wiwit menyarankan aku untuk melirik UB dimana alumni kita sudah tersebar luas di UB. Setelah aku merelakan dan mengikhlaskan universitas impian ku dari dulu yaitu UNPAD, dan aku mulai mempertimbangkan UB. Aku cari tau lebih jauh jurusan yang aku inginkan di UB. Aku mulai analisis lagi peminat dan daya tampung, akreditasi, dll. Ga berhenti disitu, kebimbangan aku bertambah karena sertifikat yang aku punya ga sesuai dengan jurusan yang aku pengenin. Di titik itu aku mikir, apa aku pindah jurusan aja ya ke Perencanaan Wilayah dan Kota karena itu jurusan yang linear dengan sertifikat yang aku punya. Tapi setelah aku telaah dan pelajari lebih lanjut tentang mata kuliah di jurusan itu, menurutku mata kuliahnya ga sesuai sama passion yang aku punya. Jadi aku merelakan sertfikat yang aku punya dan tetap memilih jurusan di awal yaitu Administrasi Bisnis.

        Tepat di hari finalisasi aku sudah memikirkan secara matang-matang dan sudah ikhlas dengan pilihanku. Sembari menunggu pengumuman tidak lupa untuk selalu belajar UTBK, karena kita tidak tau kemungkinan terburuk dari SNBP ini. Tibalah pengumuman SNBP, disitu aku seneng bisa lolos di UB tapi di satu sisi aku menyesal dan kecewa melihat ada 2 teman aku yang bisa lolos UNPAD, disitu aku sangat menyesal kenapa kemarin ga ambil UNPAD aja, padahal bisa lolos. Berhari-hari aku merenungi hal itu sampai dititik sekarang aku yang udah bisa ikhlas dan bisa enjoy ngejalanin kehidupan perkuliahan di UB, dan aku merasa beruntung bisa berkuliah di UB bisa mendapatkan lingkungan yang positif dan teman-teman yang suportif.

        Kesimpulan dari aku buat kalian angkatan 24,25,26 dan seterusnya, kalau kalian punya kesempatan mengikuti SNBP tembak aja secara idealis, ikutin kata hati kalian, karena bagi aku SNBP itu jalur ghaib. Namun harus tetap mempertimbangkan secara matang-matang. Aku denger-denger si tahun ini kalau lolos SNBP gabisa ikut mandiri, nah jadi pilih jurusan dan universitas yang kalian inginkan dan sesuai dengan passion kalian, lebih baik ketolak SNBP di universitas impian dan masih bisa nyoba di SNBT daripada kalian keterima di universitas yang ga sesuai dengan yang kalian inginkan dan kalian harus bertahan di universitas itu selama kurang lebih 4 tahun hingga lulus. Dan satu yang paling penting sebelum melakukan berbagai strategi di atas kalian harus berdiskusi dengan keluarga terutama orang tua, karena ridho orang tua adalah yang paling utama.

Bingung Milih Jurusan? Tenang, Kamu Ngga Sendirian!

Asro Wahyu Ridho, Angkatan 6
Psikologi, Universitas Sebelas Maret

Kalian bingung juga ga sih waktu nentuin jurusan?
Sama kok, aku juga bingung waktu nentuin jurusan.

Halo! Kenalin aku dulunya dari MIPA, tapi jurusanku saat ini lebih kuat ke bidang SOSHUM. Kok bisa? Career oriented? Passion oriented? Neither.

        Awalnya aku memilih atas apa yang selama ini cukup ku kuasai. Menurutku itu yang paling aman karena aku sama sekali belum tau minatku kemana. Pilihanku sedari SNBP hingga SNBT itu ga berubah, pilihan pertama jatuh pada Farmasi UGM. Waktu di IC, aku terjun di olimpiade bidang kimia sehingga aku merasa lebih aman kalo milih jurusannya yang dekat dengan kimia, sampai akhirnya kuputuskan untuk memilih Farmasi UGM. Kalau untuk UGM-nya sendiri, sedari awal aku memang pengen di UGM.

        Cukup lama aku memutuskan pilihan jurusan kedua. Pada saat itu aku bener-bener ga tau minatku apa. Banyak teman maupun guru yang menyarankan di bidang kimia lagi, tapi aku gamau karena menurutku itu terlalu memaksa, kenapa memaksa? Menurutku itu cukup membatasi ruang lingkup untuk bereksplorasi ke suatu bidang lain di luar sana. Kemudian aku introspeksi, “Sebenernya aku itu tertarik ngapain? Sukanya apa?”.

        Tanpa kusadari, rutinitas yang biasa kita lakukan sehari-hari yang mengantarkanku untuk memilih jurusan untuk pilihan kedua, yaitu interaksi sosial. Setiap saat di IC pasti kita berinteraksi, entah sama temen (baik yang seangkatan ataupun ngga), guru, tenaga pendidik, dan lainnya. Aku baru sadar kalau setiap berinteraksi, aku suka sambil menilai orang baik dari perilaku maupun ekspresinya. Dari situ, meski dengan keraguan yang masih menyelimuti, aku memutuskan untuk memilih psikologi. Namun, karena aku anak MIPA, aku ambil Psikologi Saintek karena khawatirnya aku bakal keteteran kalau ambil yang soshum. Selain itu, karena ini pilihan kedua, sejujurnya aku gak terlalu memprioritaskan pilihan kedua, aku lebih fokus ke pilihanku yang pertama saat itu.

        Beberapa orang, termasuk keluargaku sendiri, sempat meragukan kedua pilihanku karena ternyata kedua pilihan ini memiliki passing grade yang sangat ketat. Kemudian aku mencoba untuk meyakinkan pilihan yang kuambil, seperti meminta pendapat ke temen-temen yang kupercaya, ke guru, maupun keluarga. Waktu pengumuman SNBT, ga disangka juga, alhamdulillah, Allah masih menakdirkan aku ke salah satunya, yaitu di Psikologi UNS!

        Saat memilih jurusan, ada beberapa kriteria yang kupake. Pilihan pertama yaitu berdasarkan passion, kalian ketika di IC merasa bisa di mata pelajaran apa? Atau setidaknya ada satu mapel yang menurut kalian itu lebih mudah untuk dipahami. Pilihan kedua berdasarkan minat. Ini mungkin yang agak PR karena menentukan minat itu gak gampang, tetapi mungkin kalian bisa mulai dari hal-hal yang kalian suka. Jalur mandiri kujadikan pilihan alternatif dengan dasar passion juga sehingga aku memilih jurusan yang sejenis, tetapi dengan >passing grade yang lebih rendah. Namun, dengan perubahan yang terjadi pada sistem pemilihan jurusan di 2024 nanti, kalian bisa gunakan pilihan ke-3 dan ke-4 sebagai alternatif kalian juga. Pilihan alternatif ini sebagai pilihan yang memberikan peluang lebih besar untuk kalian bisa lolos sehingga pertimbangkan dengan baik dari segi nilai, kemampuan, dan universitas yang ingin kalian masuki.

        Kalo pilihannya ga terpenuhi atau belum bisa masuk di jurusan yang diinginkan itu gimana? Sebenarnya ada dua pilihan yang bisa kalian ambil, tergantung pada tujuan dan idealisme kalian. Pertama, semi gap, yaitu dengan tetap berkuliah di jurusan lain dan mencoba kembali di tahun depan. Kedua, gap year, yaitu tidak berkuliah pada tahun tersebut dan memilih mempersiapkan dengan lebih matang untuk ujian tahun depannya lagi. Jangan berpikir kalau kejadian seperti ini itu akhir dari segalanya. Semakin kalian berpikir negatif seperti itu, maka semakin merasa down dan mempersulit kalian nantinya.

        Pertimbangan tadi juga perlu diperkuat dengan ikhtiar, doa, dan dukungan orang sekitar terutama keikhlasan kedua orang tua. Jangan lupa untuk lebih sering konsultasikan pilihan kalian dengan orang tua maupun guru kalian!

Lika-liku Mendapat Restu Orangtua

Nayla Thoyibatus Syifa, Angkatan 6
Hukum - Universitas Gadjah Mada

        Haii semuaa!! disini sebenarnya aku bukan mau sharing soal struggle milih jurusan, tapi gimana struggle aku soal restu orang tua terhadap jurusan yang kalian pilih!

        Sebelumnya, kenalin yaa aku dari rumpun soshum. Dari dulu, minatku selalu ke arah kriminologi dan hukum. Sementara, orang tua kurang setuju sama minatku itu, tapi, sekarang aku malah jadi anak hukum! kok bisa??? Bisa dong!

        Dari dulu aku selalu yakin, restu orang tua itu adalah hal paling utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih banyak hal karena ridho Allah ya ridho orang tua, ya ga??

        Makanya, waktu orang tua aku ga terlalu setuju aku masuk rumpun kriminologi dan hukum itu, aku mencoba buat nyari alternatif lain. Loh kak, langsung nyerah kah? ga berjuang dulu? Enggaa, aku tetep berjuang kok, cuman, aku juga harus nyiapin kemungkinan kalau aku memang ga bisa masuk rumpun itu

        Nah, akhirnya aku milih rumpun ekonomi bisnis buat pilihanku, dan rumpun itu yang selalu jadi pilihanku waktu seleksi. Dari mulai SNBP, pilihan pertamaku Ilmu Ekonomi UGM, PBU pun sama, SNBT pun sama dengan pilihan kedua di UNDIP. Nah Qadarullah, aku lolos di pilihan keduaku waktu SNBT, tapi, tetap aja, rasanya kaya ada yang kurang, rasanya kaya perjuanganku belum selesai. Akhirnya, aku tetep ikut UTUL (karena mandiri yang aku daftar cuma UTUL dan pendaftarannya close sebelum snbt), tapi, jurusan yang aku pilih bukan di rumpun ekonomi bisnis, tapi hukum! BENTAR, kok bisa siiih kakk? Bisa dong! Terus, plot twist nya adalah, aku lolos di pilihan pertamaku di UTUL, jadi lah aku jadi anak hukum WKWKWKWK

Terus orang tua kakak gimana? Orang tua aku setuju aku ambil hukum guys! WKWKWK

        Hah, kok bisa kak? Jadi gini, aku sempat nyinggung sol ridho orang tua kan? Nah dari hal yang aku percayai itu, aku coba buat legowo dan ambil jurusan yang dibolehkan oleh orang tuaku, walau sedikit sedih, tapi aku tetep percaya kalau pasti ada hal baik yang menunggu nantinya.

        Kenapa aku legowo? karena aku udah berkali kali meyakinkan orang tuaku soal jurusan yang aku pengen, tapi tetap aja gagal, dan memang dasarnya aku ga berani guys untuk nentang orang tuaku (nanti kualat dong hehe).

        Nah kok bisa UTULnya ambil hukum? Kalau ini, ini lebih ke gimana aku bikin orang tua meng-iyakan sesuatu, atau lebih gampangnya, gimana aku bikin perjanjian sama orang tua ku. Aku kan selalu percaya sama ridho orang tua yang utama, terus aku coba nego lagi tuh ke orang tuaku, aku bilang kalau aku lolos di pilihan pertama, aku ga UTUL, tapi kalau lolos pilihan kedua, aku tetep UTUL, dan orang tua setuju, mungkin karena orang tuaku cukup yakin sama hasilku, dan aku yang terus coba yakinin mereka soal jurusan yang pengen aku pilih, akhirnya aku berhasil milih hukum di UTUL.

        Terus, kok orang tua ngebolehin ambil UTULnya daripada SNBTnya si kak? Jadi gini, aku sama orang tuaku sebenarnya sama sama suka sama universitas yang aku kejar dari awal, nah mungkin karena hal itu dan karena aku yang enjoy dan suka dengan jurusan yang aku pilih, bikin orang tuaku ngizinin aku untuk ambil UTULnya.

        Intinya, jangan cape buat terus yakinin orang tua guys, batu yang terus ditetesi air aja bisa bolong kan? Terus juga jangan lupa buat selalu legowo atas pilihan kita, juga jangan lupa belajar mencintai apa yang kita kerjakan! Selalu inget sama restu dan ridho orang tua ya teman-teman!!

Setelah Lolos Masuk Perguruan Tinggi, Dunia Seperti Apa yang Akan Dihadapi?

Ezza Alan Rahman, Angkatan 4
Ekonomi Islam - Universitas Indonesia

        Hai Semuanya! Kenalin aku Ezza Alan Rahman alumni MAN IC Pekalongan angkatan ke-4 tepatnya lulus di tahun 2021 yang sekarang sedang menjalani kuliah di jurusan Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.

        Sejujurnya ketika orang-orang nanya apa yang dikangenin di MAN IC Pekalongan pasti aku akan jawab dengan tegas “lingkungan dan vibesnya” karena kalau misalnya kalian sadari, pertemanan kalian di asrama itu memiliki kualitas yang jauh berbeda daripada pertemanan di SMA biasa, apalagi di dunia perkuliahan. Pertemanan di dunia perkuliahan itu kompleks guys, ada yang dateng ketika maunya doang ataupun dateng dengan wajah baik tapi punya niat yang berbeda, nah itu yang beda banget sama man ic pekalongan dimana temen-temen saling memiliki niat yang baik dan suportif satu sama lain. Makanya saranku ketika kalian udah kuliah nanti, pinter pinter cari temen ya guys 😀, temen yang baik akan menjadi support system dan pendorong satu sama lain. Namun di sisi lain kalau misalnya kalian pilih temen yang semena-mena akan berefek negatif ke kalian sendiri 🙁, kalian bisa dieksploitasi, dijahatin, diajak maksiat dan banyak lagiii….. Jadi kalian harus mikir dua kali dan selektif untuk memilih best friend yang punya prinsip sama dengan kalian yaa. Bukan berarti aku ngelarang kalian untuk kenal dan bergaul sama semua orang yaa guys, tapi aku nekenin kalian harus punya best friend yang suportif dan bakal support kalian dimanapun kalian berada. Bolehh untuk bergaul kemana-mana tapi harus tau batasan yaa teman-teman. Sedikit cerita dan contoh nyata, aku punya peer ber 4 temen sejurusan ku yang semenjak awal masuk kuliah saling suportif satu sama lain, jadi ketika satu ada yang lagi down kita bisa semangatin. Ataupun ketika satu ada yang udah paham materi bisa saling ngajarin satu sama lain. Apalagi di dunia kuliah itu sangat keras guys pergaulannya, akar kalian goyah dikit bisa jadi pohon yang runtuh. Soo fikir baik-baik yaa untuk memilih best friend yang suportif!

        Selain pergaulan, kalian juga harus fight untuk nilai kalian nanti yaa 😀. Karena materi di perkuliahan itu udah mendalam guys beda sama di SMA yang belajar kulitnya aja, tapi di sini tuh udah belajar sampe akar materinya wkwkwk. Aku pun punya caraku sendiri untuk mempertahankan IP ku di atas 3.5, salah satunya adalah mendengarkan dengan seksama dosen saat di kelas. Nanti ketika kalian udah di perkuliahan suasana kelas tuh udah beda wkkwkw, ada yang di kelas main hp, main games ataupun ngerjain hal lain, nah kalau aku ketika di kelas aku usahain untuk dengerin dosen sambil catet2 omongannya biar nyantol materinya. Kalian juga harus aktif di kelas ya guys! Karena gak akan ada yang tau nilai keaktifan itu bisa bantu nilai akhir kalian untuk lebih bagus lagi. Sebenernya yang paling ditakutin semua mahasiswa itu UTS dan UAS, karena biasanya itu ujian punya pembobotan yang paling tinggi daripada yang lain. Dan masing-masing orang tuh punya strategi yang beda-beda untuk ngehadepin ujiann, nah kalau aku biasanya udah persiapan dari 2 minggu sebelum UAS untuk belajar-belajar materi dari buku, ppt dosen, asistensi dan latihan. Kalau rumus jitu FEB UI tuh, minimal kita harus ngerti cara ngerjain ujian taun lalu biar bisa adaptasi sama soal ujian terkini.

        Makanya kehidupan kuliah tuh menurutku cukup padet! Ada yang abis kuliah langsung pulang untuk ngerjain tugas2 dan belajar, ada juga yang aktivis kampus habis kuliah langsung rapat sama organisasi, ada juga yang habis pulang kuliah langsung kerja part-time untuk nambah2in uang jajan. Nah kalo aku di semester 5 ini gabungan guys hehehhe, aku juga salah satu aktivitas kampus karena aku aktif di himpunan, terus aku juga suka ngajar-ngajar anak SMA ataupun materi kuliah ke adik tingkat untuk nambahin uang jajanku sendiri. Namun itu semua bertahap ya guys, dulu aku semester 1 juga perlu penyesuaian untuk bisa adaptasi dengan kehidupan dan materi kampus, terus semester 2,3 aku mulai aktif di organisasi & kepanitiaan kampus untuk menambah relasi lalu di semester 4 aku aktif nambahin pengalaman di bisnis kakak tingkat untuk nambahin experience dan memperbagus CV. Baru di semester 5 aku bisa paralel dengan kuliah di kampus, aktif di himpunan, dan ngelakuin sedikit part-time untuk nambahin uang jajan. NAMUN, semua kegiatan harus balik lagi ke tujuan awal kalian kuliah yaa! Yaitu belajar. Kalau misalnya ada kegiatan yang mengganggu aktivitas perkuliahan, kalian harus pinter-pinter milih dan management time agar gak menganggu aktivitas perkuliahan. Serta semua kegiatan itu balik lagi orientasi kalian di perkuliahan yaa 😀 apakah fokus kalian di kuliah untuk lomba, nambah pengalaman ataupun nambah relasi. Semangatt Teman-teman!!! Wish you all the best for for the future.

Memecah Stigma, Haruskah Semua Orang Masuk PTN? Lantas di mana Posisi PTS?

Kaishaka Aqeela Usman, Angkatan 6
Administrasi Bisnis - Telkom University

        Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, selamat pagi semua para pejuang UTBK, bagaimana kabarnya? Inshallah sehat ya hehe. Saya nulis artikel ini untuk bagi pengalaman tipis-tipis aja ke kawan-kawan yang lagi pusing buat UTBK. Penulis artikel ini adalah seseorang dari Angkatan 6, Gervanov Denatie, yang sekarang lagi bingung mau ngojek apa cari kerja buat ngisi waktu kosong. Maklum sih, semester 1 kemarin saya kuliah cuma hari Senin sampe Rabu, sisanya kosong. Oiya saya kuliah di salah satu PTS di Bandung, Telkom University jurusannya administrasi bisnis.

        Mas kok ga kuliah di PTN, ga keterima kah? SNBT rungkad ya mas makanya ngambil swasta? Hehehe ngga ya, aslinya saya keterima PTN, jalur SNBT pula. Saya dapet di Universitas Brawijaya jurusan administrasi bisnis, nilai saya waktu itu 652, lumayan lah ya. “Loh kok malah ambil swasta?” Hampir semua orang yang tau cerita saya pasti tanya begini, karena kalo dipikir juga kurang rasional ya? Udah susah-susah SNBT eh malah ngambil PTS. Sebetulnya ada beberapa alesan ya kenapa akhirnya saya ambil PTS dibanding PTN, bakal saya ceritain semuanya di artikel ini. Disclaimer dulu, saya bukan nyuruh kalian nyerah terus masuk PTS aja ya, tetep gas terus belajarnya kejar kampus impian kalian. Ini hanya sebagai salah satu referensi kuliah aja, diikuti monggo, tidak diikuti juga monggo. Bisa juga buat pertimbangan buat kawan-kawan yang udah desperate UTBK atau malah (semoga tidak) ga lolos UTBK.

        Saya termasuk orang yang jarang belajar, bahkan binder yang saya beli buat belajar aja baru terisi 40%. Sepanjang kelas 12 kegiatan saya lebih banyak diisi dengan futsalan, sungguh malas untuk belajar. Sering banget pesimis buat bisa tembus PTN, untungnya ada umi Naba waktu itu nawarin beasiswa Tel-U. Singkat cerita, saya lolos beasiswa ini, dan kemudian lolos UTBK juga. Saat itu saya galau buat pilih yang mana, akhirnya ya ambil Tel-U dengan beberapa alasan.

        Sebetulnya untuk teman-teman kelas 12 ga ada masalah untuk ambil swasta, gengsinya pun tetap ada, kualitasnya ga kalah dibanding negeri. Waktu itu saya sempat terpikir ini, kalo saya ga PTN top three mendingan saya ambil Tel-U aja, kualitas juga mirip tipis-tipis. Saat itu saya orientasinya adalah ke dunia pekerjaan, dari info yang saya dapat, di Tel-U akan sangat disupport untuk ke dunia pekerjaan, apalagi kalau mau menjadi pengusaha. Di Tel-U ada Namanya Bandung Techno Park, di situ akan dibimbing secara intens untuk masuk ke dunia kerja. Bahkan jika kita ingin membuat usaha sendiri atau sebuah start up, bisa didanai langsung oleh Bandung Techno Park. Ini bisa jadi pertimbangan kalian yang punya orientasi kuliah untuk ke dunia kerja, baik buat usaha sendiri atau kerja di perusahaan. Kedua, relasi yang ada di kampus swasta biasanya lebih luas dan lebih besar. Ada satu ungkapan yaitu, “kuliah mahal bukan beli ilmunya, tapi beli relasinya.” Apa yang terjadi memang seperti itu, kita lihat kampus seperti Binus, UPH, Unpar, bahkan Tel-U memang cukup mahal, namun relasi yang bisa kita dapat di dalamnya tentu akan sangat baik, dengan catatan kita juga aktif. Bahkan di Binus sendiri ada program dimana mereka akan dicarikan kerja sebelum mereka lulus. Binus berani menjadikan itu sebagai iklan mereka, “92% lulusan Binus sudah bekerja sebelum wisuda.”

        Untuk masalah biaya pun sebetulnya tidak perlu risau. Banyak sekali jalur beasiswa yang dibuka saat pendaftaran. Contohnya salah seorang teman kita di Gerva, Iffati Feruzia alias Puput, dia dapat beasiswa 100% untuk kuliah di Tel-U. Biasanya informasi seperti ini bisa didapat dari umi Naba, sering-seringlah konsultasi sama beliau, lumayan juga bisa untuk cadangan, malah bagus kalau diambil. Saran dari saya, jika kalian masuk swasta, pilihlah kampus yang memang top dan bersaing juga dengan PTN, bukan asal swasta juga. Kampus seperti Binus, Telkom, boleh dikatakan dapat bersaing dengan PTN.

        Menurut saya, kuliah di PTS atau PTN ga masalah. Yang penting adalah dari diri kita sendiri, mau berjuang apa ngga. Bagi kawan-kawan yang PTN oriented ada baiknya mindset itu dirubah, ga semua PTN bagus, jangan sampe kita asal pilih jurusan atau kampus, yang penting masuk ke PTN. Kalo emang mau masuk negeri, sekalian ambil yang top. Masuk swasta juga begitu, jangan asal swasta, ambil lah yang top. Untuk kalian yang tertarik bisa sering-sering konsultasi dengan umi Naba, inshallah beliau akan bantu dengan senang hati. Kalian juga bisa tanya-tanya ke saya untuk lebih jelas atau sekadar cerita-cerita. Bisa terror di IG @k.aqeela atau di FB Aqeela Usman, kalo mau minta nomor WA tinggal DM aja xixixi. Bisa juga tanya ke rekan-rekan saya yang lain, mas Taufiqul Hakim, mas Adam, mba Puput, dan mas Ali Miqdar yang sekarang di politeknik Astra.

        Sekian artikel ini, semoga bermanfaat, kalo kurang dipahami mungkin anda beda mazhab, bisa belajar dulu dengan yang semazhab hehe. Semoga sukses SNBP maupun SNBT-nya, semoga diterima di kampus yang kalian inginkan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Menelisik Badai Bernama Gap Year dan Lintas Jurusan

Alya Hafizha Damayanti, Angkatan 5
Psikologi - Universitas Brawijaya

        Halo, Teman-teman! Perkenalkan nama aku Alya Hafizha Damayanti dari angkatan 5 Lucretia Hugo Quint. Disini aku mau sedikit sharing nih tentang pengalaman aku selama lintas jurusan (linjur) dan akhirnya gap year. Sebelumnya, aku berasal dari jurusan MIPA yang linjur ke IPS. Mungkin aku cerita dulu kali ya kenapa akhirnya memutuskan untuk linjur. Jadi, waktu kelas XI aku udah mulai cari-cari informasi jurusan dan kampus yang sesuai minat, lalu ketemulah sama jurusan Psikologi. Mulai dari situ, aku cari tau apa aja sih yang harus dipersiapkan. Jeng jeng jeng… di situlah aku tau kalau ternyata psikologi itu dibagi menjadi dua, yaitu psikologi saintek dan soshum. Karena kebetulan kampus yang ingin aku tuju termasuknya psikologi soshum, akhirnya aku memutuskan untuk linjur.

        Di awal kelas XII aku mulai menyicil materi-materi soshum karena pada saat itu ujian masuk perguruan tinggi masih dibagi menjadi dua, yaitu TKA (materi peminatan seperti ekonomi, sejarah, biologi, kimia, dll.) dan TPS (materi kognitif penalaran). Kalau ditanya “linjur itu berat ga sih, kak?” Sebenernya balik lagi ke usaha masing-masing buat ngejar ketertinggalan materi. Bayangkan materi anak IPS yang harusnya dipelajari tiga tahun, harus dipelajari selama kurang dari setahun. Apalagi menurutku materi materi ips itu sangalah luas.

        “Loh kak, sekarang ujian masuk perguruan tinggi kan ga ada TKA tuh, terus gimana? Apa gapapa buat tetep linjur?” Kalau menurutku, tergantung jurusan apa yang mau kamu tuju karena sebenarnya di perkuliahan bakal diajarin lagi dari materi dasar. Ibaratnya ngulang dari materi SMA but in complex way. Walaupun begitu, dengan kamu udah punya basic ilmu di SMA, bakal membantu banget di dunia perkuliahan. Contohnya misalnya di akuntansi, dengan kamu punya basic accounting yang dipelajari dari SMA, bakal memudahkan kamu karena udah punya modal ilmu untuk melewati mata kuliah itu. Jadi yang anak linjur nih harus belajar extra karena emang belum pernah dapet materi tadi.

        “Kak, daritadi ngomongin linjur dari IPA ke IPS doang, kalo sebaliknya gimana?” Walaupun jarang, tapi tentu aja bisa. Kebetulan aku juga punya teman yang linjur dari jurusan IPS ke IPA. Oh iya, tapi perlu diingat bahwa ada beberapa jurusan yang tidak memperbolehkan linjur seperti kedokteran. Untuk susah atau engga nya, balik lagi ke diri sendiri. Kalian harus belajar lebih intens untuk mengejar materi-materi yang harusnya dipelajari di SMA, kalian harus paham betul dengan konsekuensi yang harus ditanggung.

        Oh iya, tadi di awal aku sempet nyinggung tentang gap year. Aku memutuskan untuk langsung gap year setelah gagal di SBMPTN 2022 karena merasa persiapanku kurang. Nyesel ga???? Nope!! Kadang orang mikir seserem itu buat gapyear atau semigap. Walau memang sempat terbesit “Why am i here alone when everyone else is running?” Lihat kanan, orang lagi persiapan ospek. Lihat kiri, orang lagi persiapan kuliah. But At the end of the day, aku sadar kalau semua orang punya jalannya masing-masing, semua orang punya petanya masing-masing. Justru kalau ditanya sekarang aku merasa bersyukur banget setelah gapyear. Saat gapyear aku bisa explore a lot of new things, ningkatin atau nambah skill, dan tentunya ketemu teman-teman baru. Aku juga jadi belajar lebih bersyukur atas hal-hal kecil. Mungkin itu aja kali ya untuk sharing-sharing kali ini, kalau ada yang mau ditanyain bisa langsung cuss ke Instagram @alyahafizhad. Semangat buat teman-teman yang mau ujian masuk perguruan tinggi, good luck! I hope the flower of our dreams will bloom perfectly at the end♡

Fakta Unik Beberapa Institusi Pendidikan Tinggi Menurut Gerva